Thursday, 24 September 2015

Ketika Gubernur Basuki Tjahja Purnama (Ahok) Ikut Berkurban ..... Bagaimana Hukumnya....???

© Ilustrasi : sumber

Baru mendengar kali ini, mungkin saya yang sedikit awam saja ada seorang non muslim ikut melakukan perayaan Idul Qurban dengan ikut menyembelih hewan kurban, bahkan tidak tanggung-tanggung 30 ekor sapi ikut disembelihnya, hehehe.... banyak juga ya saya sendiri saja masih belum mampu untuk ikut berkurban....

Sang Gubernur yang fenomenal ini dikenal luas dengan ketegasannya, memiliki ritme kerja tinggi serta orang yang anti kurupsi. Ya siapa lagi kalau bukan Basuki Tjahja Purnama atau lebih dikenal dengan sapaan Ahok. Pada hari Kamis yang lalu melakukan kegiatan berkurban yang akan di bagi-bagikan bagi 6.654 warga atau KK di 21 rusun DKI Jakarta (baca : ahok-berkurban-30-ekor-sapi).


Ini kejadian yang asing menurut saya karena baru pertama ini saya mendengar. akhirnya mau nggak mau saya ubek-ubek mbah Google juga untuk mencari tahu apa hukumnya seorang non muslim melakukan ibadah kurban.


Saya menemukan sedikit artikel mengenai ini karena tidak banyak yang mencoba mengupas hal ini. Berikut penjelasannya semoga membantu pencerahan bagi rekan-rekan yang lain .....

Bolehkah Orang Non Muslim Ikut Urunan Hewan Qurban Sapi?


Ibadah apapun yang dilakukan orang non muslim adalah ibadah yang tidak bernilai, dan tidak sah. Meskipun bisa jadi kaum muslimin mendapatkan dampak kebaikan dari amal yang dia lakukan.

مَّثَلُ الَّذِينَ كَفَرُواْ بِرَبِّهِمْ أَعْمَالُهُمْ كَرَمَادٍ اشْتَدَّتْ بِهِ الرِّيحُ فِي يَوْمٍ عَاصِفٍ لاَّ يَقْدِرُونَ مِمَّا كَسَبُواْ عَلَى شَيْءٍ ذَلِكَ هُوَ الضَّلاَلُ الْبَعِيدُ

Orang-orang yang kafir kepada Tuhannya, amalan-amalan mereka adalah seperti abu yang ditiup angin dengan keras pada suatu hari yang berangin kencang. Mereka tidak dapat mengambil manfaat sedikitpun dari apa yang telah mereka usahakan (di dunia). yang demikian itu adalah kesesatan yang jauh. (QS. Ibrahim: 18).

Ketika ada orang non muslim yang ikut urunan kurban sapi, dia tidak dinilai sebagai qurban. Sehingga keterlibatannya dalam urunan, hanya dinilai sebagai orang yang urunan karena ingin mendapatkan dagingnya. Sehingga dalam satu ekor sapi itu, ada yang urunan untuk berqurban dan ada yang urunan untuk mendapatkan daging.

Ulama berbeda pendapat mengenai status sapi ini, apakah sah digunakan untuk berqurban ataukah tidak. Untuk menentukan pendapat yang lebih kuat, mari kita simak beberapa penjelasan berikut,

Keterangan Ibnu Qudamah – ulama hambali –, beliau mengatakan,

وجملته أنه يجوز أن يشترك في التضحية بالبدنة والبقرة سبعة، واجبا كان أو تطوعا، سواء كانوا كلهم متقربين، أو يريد بعضهم القربة وبعضهم اللحم. وبهذا قال الشافعي. وقال مالك: لا يجوز الاشتراك في الهدي. وقال أبو حنيفة: يجوز للمتقربين، ولا يجوز إذا كان بعضهم غير متقرب ; لأن الذبح واحد، فلا يجوز أن تختل نية القربة فيه.

Kesimpulannya bahwa diperbolehkan urunan dalam pengadaan hewan qurban, untuk onta atau sapi tujuh orang. Baik dalam rangka qurban wajib maupun qurban sunah. Baik semuanya bertujuan untuk qurban atau ada yang bertujuan qurban dan ada yang bertujuan dagingnya. Inilah pendapat Imam As-Syafii. Sementara Imam Malik mengatakan, tidak boleh urunan dalam hewan hadyu (sembelihan di Mekah). Dan Imam Abu Hanifah mengatakan, boleh urunan untuk semua yang niat berqurban, namun tidak boleh jika ada salah satu yang tidak berniat qurban. Karena yang disembelih satu, maka tidak boleh ada yang tidak berniat qurban untuk satu hewan.

Ibnu Qudamah lebih menguatkan pendapat yang membolehkan urunan hewan qurban, meskipun salah satu pesertanya tidak berniat untuk qurban. Beliau juga menyanggah pendapat Imam Malik dan Abu Hanifah. Dalam lanjutan keterangannya, beliau menyanggah pendapat Imam Malik,

ولنا ما روى جابر، قال: { أمرنا رسول الله صلى الله عليه وسلم أن نشترك في الإبل والبقر، كل سبعة منا في بدنة } رواه مسلم.

Kita memiliki hadis yang diriwayatkan oleh Jabir, beliau mengatakan, ‘Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallammemerintahkan kami untuk urunan dalam pengadaan onta dan sapi. Tujuh orang untuk satu ekor sapi atau onta.’ Riwayat Muslim.

Ketika menyanggah pendapat Abu Hanifah bahwa urunan ini hanya boleh jika semuanya berniat qurban, beliau mengatakan,

ولنا على أبي حنيفة، أن الجزء المجزأ لا ينقص بإرادة الشريك غير القربة، فجاز، كما لو اختلفت جهات القرب، فأراد بعضهم التضحية، وبعضهم الفدية.

Alasan kita untuk menyanggah Abu Hanifah, bahwa satu bagian yang sah disebut qurban, tidak menjadi batal karena ada sebagian peserta yang tidak berniat qurban. Sehingga semacam ini boleh. Sebagaimana ketika ada urunan, sementara tujuan penyembelihannya beda-beda, ada yang berniat untuk qurban da ada yang berniat sebagai fidyah. (al-Mughni, 9/458).

Di kesempatan yang lain, Ibnu Qudamah menegaskan bolehnya urunan qurban dengan orang yang tidak niat qurban,

إذا ثبت هذا، فسواء كان المشتركون من أهل بيت، أو لم يكونوا، مفترضين أو متطوعين أو كان بعضهم يريد القربة وبعضهم يريد اللحم؛ لأن كل إنسان منهم إنما يجزئ عنه نصيبه، فلا تضره نية غيره

Setelah kita tahu bahwa urunan qurban dibolehkan maka statusnya sama saja, baik yang urunan semuanya satu keluarga, atau dari keluarga berbeda, baik semua untuk qurban wajib atau qurban sunah, atau sebagian niatnya untuk qurban dan sebagian untuk daging (tidak untuk qurban). Karena masing-masing peserta urunan mendapat jatah sesuai bagiannya, sehingga tidak ada pengaruh dengan niatan orang lain. (al-Mughni, 9/438).

Keterangan An-Nawawi – ulama syafiiyah –, beliau mengatakan,

يجوز أن يشترك سبعة في بدنة أو بقرة للتضحية، سواء كانوا كلهم أهل بيت واحد أو متفرقين، أو بعضهم يريد اللحم فيجزئ عن المتقرب، وسواء أكان أضحية منذورة أم تطوعا، هذا مذهبنا وبه قال أحمد وداود وجماهير العلماء، إلا أن داود جوزه في التطوع دون الواجب. وبه قال بعض أصحاب مالك. وقال أبو حنيفة: إن كانوا كلهم متقربين جاز، وقال مالك: لا يجوز الاشتراك مطلقا كما لا يجوز في الشاة الواحدة.

Boleh urunan 7 orang untuk seekor onta atau sapi, baik mereka semua satu rumah, atau dari keluarga yang berbeda, atau ada sebagian yang tidak berniat qurban karena hanya menginginkan dagingnya dan sah untuk yang berniat qurban. Baik qurban nadzar atau qurban sunah. Inilah pendapat madzhab kami (syafiiyah), dan ini pendapat Imam Ahmad, Daud az-Zahiri, dan mayoritas ulama. Hanya saja, Daud membolehkan urunan jika qurbannya bukan qurban wajib. Dan ini pula yang menjadi pendapat sebagian Malikiyah. Sementara Abu Hanifah mengatakan, ’Jika mereka semua niatnya untuk qurban, boleh urunan.’ Kemudian Imam Malik mengatakan, ’Tidak boleh urunan secara mutlak, sebagaimana tidak boleh urunan untuk seekor kambing.’

Dalam hal ini, Imam an-Nawawi menguatkan pendapat yang membolehkan urunan hewan qurban, meskipun ada yang tidak berniat untuk qurban. Pada lanjutan keterangannya, an-Nawawi membawakan sejumlah alasan untuk mendukung pendapat yang beliau nilai lebih kuat,

واحتج أصحابنا بحديث جابر قال { نحرنا مع رسول الله صلى الله عليه وسلم البدنة عن سبعة والبقرة عن سبعة} رواه مسلم. وعنه قال { خرجنا مع رسول الله صلى الله عليه وسلم مهلين بالحج، فأمرنا رسول الله صلى الله عليه وسلم أن نشترك في الإبل والبقر كل سبعة منا في بدنة} رواه مسلم. قال البيهقي: وروينا عن علي وحذيفة وأبي مسعود الأنصاري وعائشة رضي الله عنهما أنهم قالوا ” البقرة عن سبعة ” وأما قياسه على الشاة فعجب، لأن الشاة إنما تجزئ عن واحد، والله أعلم.

Ulama kami (syafiiyah) berdalil dengan hadis Jabir yang mengatakan, ’Kami melakukan qurban bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, seekor onta untuk 7 orang dan seekor sapi untuk 7 orang.’ Riwayat Muslim. Juga dari Jabir, ’Kami keluar bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam rangka melakukan haji. Kemudian beliau memerintahkan untuk urunan onta dan sapi, setiap 7 orang untuk satu ekor.’ Riwayat Muslim. al-Baihaqi mengatakan, ’Kami mendapat riwayat dari Ali, Hudzifah, Abu Mas’ud al-Anshari, dan A’isyah radhiyallahu ’anhum, bahwa mereka berpendapat, ’Sapi boleh untuk 7 orang.’ Sementara diqiyaskan dengan kambing, ini sangat mengherankan. Karena kambing hanya boleh untuk satu orang.’ Allahu a’lam. (al-Majmu’ Syarh al-Muhadzab, 8/398 – 399)

Berdasarkan keterangan keterangan di atas, kita bisa menyimpulkan bahwa dibolehkan urunan qurban meskipun salah satu peserta tidak berniat untuk qurban. Termasuk ketika salah satu peserta adalah orang non muslim. Karena masing-masing mendapatkan jatah sesuai niatnya. Yang qurban sah sebagai qurban, yang tidak qurban berhak mendapat apa yang diinginkan. Dan niat seseorang tidak mempengaruhi niat orang lain.


Allahu a’lam
Oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina www.KonsultasiSyariah.com)

No comments:

Post a Comment