© Ilustrasi : sumber
Hari ini kembali saya
angkat kasus yang menghebohkan publik Amrika Serikat dan menjadi bahan
pergunjingan dunia.... ya siapa lagi kalau bukan sang Pembuat Jam Digital yang
diangap Bom "Ahmed Mohamed"... Setelah kemarin dia mendapatkan
berbagai macam ungkapan suport moral mulai dari Presiden Barack Obama, Pendiri
Facebook CEO Mark Zuckerberg kemudian dari perusahaan Google dan Nasa dan
masih banyak lagi dukungan dari yang lain lewat Hastag #IStandWithAhmed. Kali
ini bentuk dukunganpun mucul dari Perusahaan yang terkenal dengan Windowsnya
yaitu Microsoft.
Microsoft memberikan
dukungan yang lebih terhadap kasus ini dengan tidak hanya memberikan dukungan
di sosial media saja tetapi memberikan sebuah tas besar yang berisi berbagai
macam peralatan Teknologi Informasi diataranya sebuah Microsoft Surface Pro 3,
Microsoft Band, Printer 3D Cube, Rasepberry Pi dan berlanggana Office 365 yang
dikemas dengan pengiriman khusus dari Microsoft untuk Ahmed. dan tidak lupa
bentuk suppot morilnya...
Sekali lagi dukungan ini
membuktikan bahwa diskriminasi yang mengatas namakan agama sudah tidak ada
tempat lagi di dunia ini dan semoga kelak kasus seperti ini sudah tidak
diketemukan baik itu di negara yang mayoritas non muslim yang menindas
minoritas muslim maupun di negara mayoritas muslim yang menindas agama
minoritas non muslim....
Saya yakin semua agama
mengajarakan manusia pada kebaikan, tidak ada satupun di dunia ini agama yang mengajarkan
kejelekan.
Dan kasus diatas Mungkin
bisa kita kaitkan dengan Surat Al-Kafirun.
Berikut Faedah Tafsir
dari Surat Al-Kafirun...
Allah Ta’ala berfirman,
قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ (1) لَا أَعْبُدُ
مَا تَعْبُدُونَ (2) وَلَا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ (3) وَلَا
أَنَا
عَابِدٌ مَا عَبَدْتُمْ (4) وَلَا أَنْتُمْ
عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ (5) لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ (6)
“Katakanlah: “Hai
orang-orang kafir, Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu
bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah
apa yang kamu sembah, dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang
aku sembah. Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku.” (QS. Al Kaafirun:
1-6)
Surat ini adalah surat
Makkiyah (yang turun sebelum hijroh).
Kebiasaan Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam Membaca Surat Al Kaafirun
Dari Jabir bin
‘Abdillah, ia mengatakan,
كَانَ يَقْرَأُ فِى الرَّكْعَتَيْنِ (قُلْ هُوَ
اللَّهُ أَحَدٌ) وَ (قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ)
“Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam biasa membaca di shalat dua raka’at thowaf yaitu surat Qul
Huwallahu Ahad (Al Ikhlas) dan surat Qul Yaa Ayyuhal Kaafirun (Al Kaafirun).”
(HR. Muslim no. 1218)
Dari Abu Hurairah, ia
berkata,
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-
قَرَأَ فِى رَكْعَتَىِ الْفَجْرِ (قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ) وَ (قُلْ هُوَ
اللَّهُ أَحَدٌ)
“Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam biasa membaca di dua raka’at sunnah Fajr (Qobliyah Shubuh)
yaitu surat Qul Yaa Ayyuhal Kaafirun (Al Kaafirun) dan surat Qul Huwallahu Ahad
(Al Ikhlas).” (HR. Muslim no. 726)
Dari Ibnu ‘Umar, ia
mengatakan,
رَمَقْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ أَرْبَعًا وَعِشْرِينَ مَرَّةً ، أَوْ خَمْسًا وَعِشْرِينَ مَرَّةً يَقْرَأُ
فِي الرَّكْعَتَيْنِ قَبْلَ الْفَجْرِ وَبَعْدَ الْمَغْرِبِ {قُلْ يَا أَيُّهَا
الْكَافِرُونَ} ، {وَقُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ}.
“Saya melihat Nabi
Shallallahu’alaihi wa sallam shalat sebanyak dua puluh empat atau dua puluh
lima kali. Yang beliau baca pada dua rakaat sebelum shalat subuh dan dua rakaat
setelah maghrib adalah surat Qul Yaa Ayyuhal Kaafirun (Al Kaafirun) dan surat
Qul Huwallahu Ahad (Al Ikhlas).” (HR. Ahmad 2/95. Syaikh Syu;aib Al Arnauth
mengatakan, sanad hadits ini shahih sesuai syarat Bukhari-Muslim)
Isi Surat Al Kaafirun
Surat ini berisi ajaran
berlepas diri dari amalan yang dilakukan oleh orang-orang musyrik. Surat ini
berisi perintah untuk ikhlas dalam melakukan amalan (yaitu murni ditujukan pada
Allah semata).
Tafsir Surat Al Kaafirun
Firman Allah Ta’ala,
قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ
“Katakanlah: “Hai
orang-orang kafir”. Ayat ini sebenarnya ditujukan pada orang-orang kafir di
muka bumi ini. Akan tetapi, konteks ayat ini membicarakan tentang kafir
Quraisy.
Mengenai surat ini, ada
ulama yang menyatakan bahwa karena kejahilan orang kafir Quraisy, mereka
mengajak Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk beribadah
kepada berhala mereka selama satu tahun, lalu mereka akan bergantian beribadah
kepada sesembahan Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam (yaitu
Allah Ta’ala) selama setahun pula. Akhirnya Allah Ta’ala pun menurunkan surat
ini. Allah memerintahkan kepada Rasul-Nya untuk berlepas diri dari agama
orang-orang musyrik tersebut secara total.
Yang dimaksud dengan
ayat,
لَا أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ
“Aku tidak akan
menyembah apa yang kamu sembah”, yaitu berhala dan tandingan-tandingan
selain Allah.
Maksud firman Allah
selanjutnya,
وَلَا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ
“Dan kamu bukan
penyembah Tuhan yang aku sembah”, yaitu yang aku sembah adalah Allah
semata, tidak ada sekutu bagi-Nya.
Allah Ta’ala firmankan
selanjutnya,
وَلَا أَنَا عَابِدٌ مَا عَبَدْتُمْ
“Dan aku tidak pernah
menjadi penyembah apa yang kamu sembah”, maksudnya adalah aku tidak akan
beribadah dengan mengikuti ibadah yang kalian lakukan, aku hanya ingin
beribadah kepada Allah dengan cara yang Allah cintai dan ridhoi.
Oleh karena itu
selanjutnya Allah Ta’ala mengatakan kembali,
وَلَا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ
“Dan kamu tidak
pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah”, maksudnya adalah
kalian tidak akan mengikuti perintah dan syari’at Allah dalam melakukan ibadah,
bahkan yang kalian lakukan adalah membuat-buat ibadah sendiri yang sesuai
selera hati kalian. Hal ini sebagaimana Allah firmankan,
إِنْ يَتَّبِعُونَ إِلَّا الظَّنَّ وَمَا تَهْوَى
الْأَنْفُسُ وَلَقَدْ جَاءَهُمْ مِنْ رَبِّهِمُ الْهُدَى
“Mereka tidak lain
hanyalah mengikuti sangkaan-sangkaan, dan apa yang diingini oleh hawa nafsu
mereka dan sesungguhnya telah datang petunjuk kepada mereka dari Tuhan mereka.”
(QS. An Najm: 23)
Ayat-ayat ini secara
jelas menunjukkan berlepas diri dari orang-orang musyrik dari seluruh bentuk
sesembahan yang mereka lakukan.
Seorang hamba seharusnya
memiliki sesembahan yang ia sembah. Ibadah yang ia lakukan tentu saja harus
mengikuti apa yang diajarkan oleh sesembahannya. Rasul shallallahu ‘alaihi wa
sallam dan para pengikutnya menyembah Allah sesuai dengan apa yang Allah syariatkan.
Inilah konsekuensi dari kalimat Ikhlas “Laa ilaha illallah, Muhammadur
Rasulullah”. Maksud kalimat yang agung ini adalah “tidak ada sesembahan
yang berhak diibadahi melainkan Allah, dan jalan cara untuk melakukan ibadah
tersebut adalah dengan mengikuti ajaran Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam”.
Orang-orang musyrik melakukan ibadah kepada selain Allah, padahal tidak Allah
izinkan. Oleh karena itu Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan
kepada mereka,
لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ
“Untukmu agamamu, dan
untukkulah, agamaku.” Maksud ayat ini sebagaimana firman Allah,
وَإِنْ كَذَّبُوكَ فَقُلْ لِي عَمَلِي وَلَكُمْ
عَمَلُكُمْ أَنْتُمْ بَرِيئُونَ مِمَّا أَعْمَلُ وَأَنَا بَرِيءٌ مِمَّا
تَعْمَلُونَ
“Jika mereka
mendustakan kamu, maka katakanlah: “Bagiku pekerjaanku dan bagimu pekerjaanmu.
Kamu berlepas diri terhadap apa yang aku kerjakan dan akupun berlepas diri
terhadap apa yang kamu kerjakan.” (QS. Yunus: 41)
لَنَا أَعْمَالُنَا وَلَكُمْ أَعْمَالُكُمْ
“Bagi kami amal-amal
kami dan bagi kamu amal-amal kamu.” (QS. Asy Syura: 15)
Imam Al Bukhari
mengatakan,
( لَكُمْ دِينُكُمْ )
الْكُفْرُ . ( وَلِىَ دِينِ ) الإِسْلاَمُ وَلَمْ يَقُلْ دِينِى ، لأَنَّ الآيَاتِ
بِالنُّونِ فَحُذِفَتِ الْيَاءُ كَمَا قَالَ يَهْدِينِ وَيَشْفِينِ . وَقَالَ
غَيْرُهُ ( لاَ أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ ) الآنَ ، وَلاَ أُجِيبُكُمْ فِيمَا
بَقِىَ مِنْ عُمُرِى ( وَلاَ أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ ) . وَهُمُ
الَّذِينَ قَالَ ( وَلَيَزِيدَنَّ كَثِيرًا مِنْهُمْ مَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ مِنْ
رَبِّكَ طُغْيَانًا وَكُفْرًا )
“Lakum diinukum”,
maksudnya bagi kalian kekafiran yang kalian lakukan. “Wa liya diin”,
maksudnya bagi kami agama kami. Dalam ayat ini tidak disebut dengan (دِينِى)
karena kalimat tersebut sudah terdapat huruf “nuun”, kemudian “yaa”
dihapus sebagaimana hal ini terdapat pada kalimat (يَهْدِينِ) atau (يَشْفِينِ).
Ulama lain mengatakan bahwa ayat (لاَ أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ), maksudnya
adalah aku tidak menyembah apa yang kalian sembah untuk saat ini.
Aku juga tidak akan memenuhi ajakan kalian di sisa umurku (artinya: dan
seterusnya aku tidak menyembah apa yang kalian sembah), sebagaimana Allah
katakan selanjutnya (وَلاَ أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ). Mereka
mengatakan,
وَلَيَزِيدَنَّ كَثِيرًا مِنْهُمْ مَا أُنْزِلَ
إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ طُغْيَانًا وَكُفْرًا
“Dan Al Quran yang
diturunkan kepadamu dari Tuhanmu sungguh-sungguh akan menambah kedurhakaan dan
kekafiran bagi kebanyakan di antara mereka.” (QS. Al Maidah: 64). Demikian
yang disebutkan oleh Imam Al Bukhari.
Mengenai Ayat Yang
Berulang dalam Surat Ini
Mengenai firman Allah
yang berulang dalam surat ini yaitu pada ayat,
لَا أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ (2) وَلَا أَنْتُمْ
عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ (3) وَلَا أَنَا عَابِدٌ مَا عَبَدْتُمْ (4) وَلَا
أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ (5)
“Aku tidak akan
menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah.
Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah, dan kamu tidak
pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah.”
Ada tiga pendapat dalam
penafsiran ayat ini:
Tafsiran pertama: Menyatakan bahwa maksud ayat tersebut adalah
untuk penguatan makna (ta’kid). Pendapat ini dinukil oleh Ibnu Jarir dari
sebagian pakar bahasa. Yang semisal dengan ini adalah firman Allah Ta’ala,
فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا (5) إِنَّ مَعَ
الْعُسْرِ يُسْرًا (6)
“Karena sesungguhnya
sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada
kemudahan.” (QS. Alam Nasyroh: 5-6)
Begitu pula firman Allah
Ta’ala,
لَتَرَوُنَّ الْجَحِيمَ (6) ثُمَّ لَتَرَوُنَّهَا
عَيْنَ الْيَقِينِ (7)
“Niscaya kamu
benar-benar akan melihat neraka Jahiim, dan sesungguhnya kamu benar-benar akan
melihatnya dengan ‘ainul yaqin.” (QS. At Takatsur: 6-7)
Tafsiran kedua: Sebagaimana yang dipilih oleh Imam Bukhari dan
para pakar tafsir lainnya, bahwa yang dimaksud ayat,
لَا أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ (2) وَلَا أَنْتُمْ
عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ
“Aku tidak akan
menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah.”
Ini untuk masa lampau.
وَلَا أَنَا عَابِدٌ مَا عَبَدْتُمْ (4) وَلَا
أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ (5)
“Dan aku tidak pernah
menjadi penyembah apa yang kamu sembah, dan kamu tidak pernah (pula) menjadi
penyembah Tuhan yang aku sembah.” Ini untuk masa akan datang.
Tafsiran ketiga: Yang dimaksud dengan ayat,
لَا أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ
“Aku tidak akan
menyembah apa yang kamu sembah.” Yang dinafikan (ditiadakan di sini) adalah
perbuatan (menyembah selain Allah) karena kalimat ini adalah jumlah fi’liyah
(kalimat yang diawali kata kerja).
Sedangkan ayat,
وَلَا أَنَا عَابِدٌ مَا عَبَدْتُمْ
“Dan aku tidak pernah
menjadi penyembah apa yang kamu sembah.” Yang dimaksudkan di sini adalah
penafian (peniadaan) menerima sesembahan selain Allah secara total. Di sini
bisa dimaksudkan secara total karena kalimat tersebut menggunakan jumlah
ismiyah (kalimat yang diawali kata benda) dan ini menunjukkan ta’kid (penguatan
makna). Sehingga seakan-akan yang dinafikan dalam ayat tersebut adalah
perbuatan (menyembah selain Allah) dan ditambahkan tidak menerima ajaran
menyembah selain Allah secara total. Yang dimaksud ayat ini pula adalah
menafikan jika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak mungkin sama sekali
menyembah selain Allah. Tafsiran yang terakhir ini pula adalah tafsiran yang
bagus. Wallahu a’lam.
Faedah Berharga dari
Surat Al Kafirun
1. Dalam
ayat ini dijelaskan adanya penetapan aqidah meyakini takdir Allah, yaitu orang
kafir ada yang terus menerus dalam kekafirannya, begitu pula dengan orang
beriman.
2. Kewajiban
berlepas diri (baro’) secara lahir dan batin dari orang kafir dan sesembahan
mereka.
3. Adanya
tingkatan yang berbeda antara orang yang beriman dan orang kafir atau musyrik.
4. Ibadah
yang bercampur kesyirikan (tidak ikhlas), tidak dinamakan ibadah.
Referensi:
Aysarut Tafasir, Abu
Bakr Jabir Al Jazairi
Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, Ibnu
Katsir, Muassasah Qurthubah
Taysir Karimir Rahman,
‘Abdurrahman bin Nashir As Sa’di, Muassasah Ar Risalah.
Artikel www.rumaysho.com
No comments:
Post a Comment