© Ilustrasi : suryaformosa.com
Fakta Media On-Line dan Penggunanya
Belakangan ini kalau kita menggunakan berbagai macam
media On-Line, baik Facebook, youtube,
maupun media online yang lain,
sering kali kita menjumpai bebagai macam komentar yang bernada negatif, bahkan cenderung komentar
tersebut bertendensi menghujat melalui kata-kata kotor yang tidak pantas untuk
di ucapkan. Gelombang perang netizen di media online ini semakin gemuruh
tatkala Pemilihan Presiden berlangsung beberapa bulan yang lalu, simpatisan
masing-masing calon presiden saling serang dengan menggunakan kata-kata sampah
dan menimbulkan banyak fitnah. Naudzubillahimindzalik….
Meskipun presidennya sudah benar-benar terpilih dan sah
secara hukum, Perang kata-kata kotor netizen itu sampai sekarang terus
berlangsung, masih ada pendukung calon presiden yang hingga kini belum rela kalau calonnya
kalah dan masih terus melakukan hujatan serta cacian baik kepada pemerintahan
terpilih maupun terhadap pendukunya, begitupun sebaliknya pendukung
pemerintahan pun lebih memilih menyerang balik dengan ungkapan kotor yang
serupa, sehingga terjadilah perang ungkapan kotor yang tidak layak. Kadang saya
risih sendiri melihat begitu gampangnya ke dua kelompok ini saling menghujat
dan mengeluarkan kata-kata kotor, toh mereka tidak membawa manfaat apapun dari
perbincangan mereka.
Padahal Allah SWT berfirman :
وَاخْفِضْ جَنَاحَكَ لِلْمُؤْمِنِينَ
“Dan berendah dirilah kamu terhadap orang-orang yang
beriman. ” (QS. Al Hijr: 88)
Syaikh Muhammad Al Amin Asy Syinqithi mengatakan, “’Berendah
dirilah‘ yang dimaksud dalam ayat ini hanya untuk mengungkapkan agar seseorang
berlaku lemah lembut dan tawadhu’ (rendah diri).”[1] Jadi
sebenarnya ayat ini berlaku umum untuk setiap perkataan dan perbuatan, yaitu
kita diperintahkan untuk berlaku lemah lembut. Ayat ini sama maknanya dengan
firman Allah Ta’ala,
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ الله لِنتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظّاً
غَلِيظَ القلب لاَنْفَضُّواْ مِنْ حَوْلِكَ
“ Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku
lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar,
tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.” (QS. Ali Imron: 159).
Yang
dimaksud dengan bersikap keras di sini adalah bertutur kata kasar.[2] Dengan
sikap seperti ini malah membuat orang lain lari dari kita.
Al Hasan Al Bashri mengatakan, “Berlaku lemah lembut
inilah akhlaq Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam yang di mana
beliau diutus dengan membawa akhlaq yang mulia ini.”[3]
Keutamaan Bertutur Kata yang Baik
Pertama: Sebab Mendapatkan Ampunan dan Sebab Masuk Surga
Dari Abu Syuraih, ia berkata pada Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam,
يَا رَسُولَ اللَّهِ، دُلَّنِي عَلَى عَمِلٍ يُدْخِلُنِي الْجَنَّةَ
“Wahai Rasulullah, tunjukkanlah padaku suatu amalan yang
dapat memasukkanku ke dalam surga.” Beliau bersabda,
إِنَّ مِنْ مُوجِبَاتِ الْمَغْفِرَةِ بَذْلُ السَّلامِ، وَحُسْنُ
الْكَلامِ
“Di antara sebab mendapatkan ampunan Allah adalah
menyebarkan salam dan bertutur kata yang baik.”[4]
Kedua: Mendapatkan Kamar yang Istimewa di Surga Kelak
Dari ‘Ali, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Di surga terdapat kamar-kamar yang bagian luarnya dapat dilihat dari dalam dan
bagian dalamnya dapat dilihat dari luar.” Kemudian seorang Arab Badui bertanya,
“Kamar-kamar tersebut diperuntukkan untuk siapa, wahai Rasulullah?” Beliau pun
bersabda,
لِمَنْ أَطَابَ الْكَلاَمَ وَأَطْعَمَ الطَّعَامَ وَأَدَامَ
الصِّيَامَ وَصَلَّى لِلَّهِ بِاللَّيْلِ وَالنَّاسُ نِيَامٌ
“Kamar tersebut diperuntukkan untuk siapa saja yang tutur
katanya baik, gemar memberikan makan (pada orang yang butuh), rajin berpuasa dan
rajin shalat malam karena Allah ketika manusia sedang terlelap tidur.”[5]
Ketiga: Bisa menggantikan Sedekah
Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الْكَلِمَةُ الطَّيِّبَةُ صَدَقَةٌ
“Tutur kata yang baik adalah sedekah.”[6]
Dari ‘Adi bin Hatim, Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda,
اتَّقُوا النَّارَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ فَإِنْ لَمْ تَجِدُوا
فَبِكَلِمَةٍ طَيِّبَةٍ
“Selamatkanlah diri kalian dari siksa neraka, walaupun
dengan separuh kurma. Jika kalian tidak mendapatkannya, maka cukup dengan
bertutur kata yang baik.”[7]
Ibnul Qayyim mengatakan, “Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam menjadikan tutur kata yang baik sebagai pengganti dari sedekah
bagi yang tidak mampu untuk bersedekah.”[8]
Ibnu Baththol mengatakan, “Tutur kata yang baik adalah
sesuatu yang dianjurkan dan termasuk amalan kebaikan yang utama. Karena Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam (dalam hadits ini) menjadikannya sebagaimana sedekah
dengan harta. Antara tutur kata yang baik dan sedekah dengan harta memiliki
keserupaan. Sedekah dengan harta dapat menyenangkan orang yang diberi sedekah.
Sedangkan tutur kata yang baik juga akan menyenangkan mukmin lainnya dan
menyenangkan hatinya. Dari sisi ini, keduanya memiliki kesamaan (yaitu
sama-sama menyenangkan orang lain).”[9]
Keempat: Menyelematkan Seseorang dari Siksa Neraka
Dalilnya adalah hadits Adi bin Hatim di atas. Ibnu
Baththol mengatakan, “Jika tutur kata yang baik dapat menyelamatkan dari siksa
neraka, berarti sebaliknya, tutur kata yang kotor (jelek) dapat diancam dengan
siksa neraka.”[10]
Kelima: Dapat Menghilangkan Permusuhan
Ibnu Baththol mengatakan, “Ketahuilah bahwa tutur kata
yang baik dapat menghilangkan permusuhan dan dendam kesumat. Lihatlah firman
Allah Ta’ala,
ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ فَإِذَا الَّذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ
عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيمٌ
“Tolaklah (kejelekan itu) dengan cara yang lebih baik,
maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah
telah menjadi teman yang sangat setia.” (QS. Fushilat: 34-35). Menolak
kejelekan di sini bisa dengan perkataan dan tingkah laku yang baik.”[11]
Sahabat yg mulia, Ibnu ‘Abbas –radhiyallahu ‘anhuma–
mengatakan, “Allah memerintahkan pada orang beriman untuk bersabar ketika ada
yang membuat marah, membalas dengan kebaikan jika ada yang buat jahil, dan
memaafkan ketika ada yang buat jelek. Jika setiap hamba melakukan semacam ini,
Allah akan melindunginya dari gangguan setan dan akan menundukkan
musuh-musuhnya. Malah yang semula bermusuhan bisa menjadi teman dekatnya karena
tingkah laku baik semacam ini.”
Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan, “Namun
yang mampu melakukan seperti ini adalah orang yang memiliki kesabaran. Karena
membalas orang yg menyakiti kita dengan kebaikan adalah suatu yang berat bagi
setiap jiwa.”[12]
Di antara pro dan kontra atas diterbitkannya Ujaran
Kebencian ini, saya pribadi medukung penuh Ujaran Kebencian ini di teribitkan,
mengingat sudah semakin risihnya saya dengan berbagai ungkapan dari para
Netizen yang mengeluarkan rangkaian kata dan kalimat yang saya anggap tidak layak
dan tidak bertanggung jawab.
Semoga dikemudian hari peraturan ini bisa mendisiplinkan
Netizen dalam menggunakan mesia sosial sehingga bisa dipergunakan lebih bijak
dan lebih bermanfaat bagi kehidupan berbangsa dan bernegara.
[1] Adhwaul
Bayan, Muhammad Al Amin Asy Syinqithi, 3/238, Dar Ilmi Al Fawaid.
[2] Tafsir
Al Qur’an Al ‘Azhim, Ibnu Katsir, 3/233, Muassasah Qurthubah.
[3] Tafsir
Al Qur’an Al ‘Azhim, 3/232,
[4] HR.
Thobroni dalam Mu’jam Al Kabir no. 469 (Maktabah Al ‘Ulum wal Hikam, cetakan
kedua, 1404 H). Al ‘Iroqi dalam Takhrij Al Ihya’ (2/246) mengatakan
bahwa sanad hadits ini jayyid (bagus). Syaikh Al Albani dalam As
Silsilah Ash Shohihah (1035) mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih dan
perowinya terpercaya.
[5] HR.
Tirmidzi no. 1984 dan Ahmad (1/155). Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits
ini hasan.
[6] HR.
Ahmad (2/316) dan disebutkan oleh Al Bukhari dalam kitab shahihnya secara
mu’allaq (tanpa sanad). Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits
ini shahih sesuai syarat Bukhari-Muslim.
[7] HR.
Bukhari no. 6023 dan Muslim no. 1016.
[8] ‘Iddatush
Shobirin wa Dzakhirotusy Syakirin, Ibnu Qayyim Al Jauziyah, hal. 109, Mawqi’ Al
Waroq
[9] Syarh
al Bukhari, Ibnu Baththol, 17/273, Asy Syamilah.
[10] Syarh
al Bukhari, 4/460.
[11] Syarh
al Bukhari, 17/273.
[12] Lihat Tafsir
Al Qur’an Al ‘Azhim, 12/243.
[13] Literatur remajaislam.com "lemah-lembutlah-dalam-bertutur-kata"
No comments:
Post a Comment