Hari ini, Rabu
(28/10/2015) bangsa Indonesai sedang memperingati hari sumpah pemuda, 82 Tahun
yang lalu dalam rapat pemuda II gelora para pemuda untuk memperjuangkan
kemerdekaan bangsa ini sangat membara. Berbagai kelompok pemuda dari
seluruh penjuru nusantara hadir dalam sebuah Kongres untuk menyuarakan aspirasi
yang sama yaitu persatuan dan kesatuan, mereka menginginkan perubahan dan
terbebas dari cengkeraman penjajahan bangsa Belanda. Sebagaimana kita ketahui
bahwa Belanda menjajah bangsa Indonesia selama 350 tahun dan dilanjutkan dengan
Jepang selama 3,5 tahun. Mungkin hal inilah yang membuat persatuan dan kesatuan
bangsa menjadi kuat, rasa kebersamaan karena hidup dalam tirani penjajahan
membuat daya juang yang begitu tinggi khususnya di kalangan pemuda.
Sumpah
pemuda merefleksikan diri kita bahwa kita siap mengorbankan diri kita kepada
Tanah Air dan Bangsa Indonesia, namun tentunya sebagai generasi muslim kita
harus lebih siap lagi untuk mengorbankan diri kita dalam membela agama yang
kita anut, karena niatan kita hanya ingin membela tanah air saja maka
pengorbanan kita hanya sia-sia. Prinsif jihad dalam Islam adalah membela Agama
Islam bukan Tanah Air.
عَنْ أَبِى مُوسَى
قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – فَقَالَ الرَّجُلُ
يُقَاتِلُ حَمِيَّةً وَيُقَاتِلُ شَجَاعَةً وَيُقَاتِلُ رِيَاءً ، فَأَىُّ ذَلِكَ
فِى سَبِيلِ اللَّهِ قَالَ « مَنْ قَاتَلَ لِتَكُونَ كَلِمَةُ اللَّهِ هِىَ
الْعُلْيَا ، فَهْوَ فِى سَبِيلِ اللَّهِ »
Dari
Abu Musa, ia berkata bahwa ada seseorang yang pernah mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam lantas
ia berkata, ada seseorang yang berperang (berjihad) untuk membela sukunya
(tanah airnya); ada pula yang berperang supaya disebut pemberani (pahlawan);
ada pula yang berperang dalam rangka riya’ (cari pujian), lalu manakah yang
disebut jihad di jalan Allah? Beliaushallallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda, “Siapa yang berperang
supaya kalimat Allah itu mulia (tinggi) itulah yang disebut jihad di jalan
Allah.”
(HR. Bukhari no. 7458 dan Muslim no. 1904).
Syaikh Muhammad bin
Shalih Al ‘Utsaimin rahimahullah menerangkan,
“Jika niatan seseorang
dalam berperang hanyalah untuk membela tanah air, maka itu adalah niatan yang
keliru. Niat seperti itu sama sekali tidaklah bermanfaat. Tidak ada beda antara
muslim dan kafir jika niatannya hanyalah untuk membela tanah air. Sedangkan
hadits yang menyebutkan “hubbul wathon minal iman (cinta tanah air sebagian dari iman)”, ini
adalah hadits dusta, yang bukan berasal dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam.
Cinta tanah air jika
yang dimaksud adalah cinta negeri Islam, maka itu disukai karena yang dibela
adalah Islam. Namun sebenarnya tidak ada beda antara negerimu dan negeri Islam
yang jauh, semua adalah negeri Islam yang wajib dibela.
Jadi patut diketahui
niat yang benar ketika berperang adalah untuk membela Islam di negeri kita atau
membela negeri kita yang termasuk negeri Islam, bukan sekedar membela tanah
air.” (Syarh Riyadhus Sholihin, 1: 66). [1]
Semoga niatan kita
dalam beramal dan berjihad nantinya hanyalah untuk Allah, terkhusus jihad kita
hanya untuk membela Islam.
Makna sumpah pemuda
sekarang ini sudah mulai bergeser dari hanya berperang memperjuangkan
kemerdekaan membela tanah air dan agama semata namun sekarang kegiatan pemuda
kita adalah dengan mempertahankan kemerdekaan dan mengisi kemerdekaan ini dengan
kegitan-kegiatan positif dan membangun negeri ini untuk bisa sejajar dengan
negara lain di dunia.
Refleksi, Peran Pemuda Islam dimasa
kini
Sumpah
Pemuda, mengajak kita berpikir, bahwa pentingnya peran pemuda, mengingat bahwa
ternyata ada sumpah yang jauh lebih agung, tidak hanya terbatas pada suku,
bangsa,dan wilayah tetapi sumpah kepada sebuah kebenaran. Melihat
generasi-generasi lalu, agaknya kita dapat mengambil pelajaran, bahwa peran
pemuda sangatlah penting. Sampai –sampai nanti Allah akan mempertanyakan usia
muda kita dihabiskan untuk apa? Dan ini tentunya akan kita jawab suatu saat
nanti.
Ketika
Soekarno berkata "berikan kepadaku 10 orang pemuda, aku akan goncangkan
dunia", tentunya beberapa abad yang lalu, generasi muda menggoncangkan
dunia. Namun , saat ini, terjadi kemunduran pada pemuda-pemuda Islam. Ketika
merefleksikan diri ini, dengan pemuda-pemuda hasil tarbiyah nabi, tentunya kita
merasa sangat jauh sekali jika dibandingkan dengan generasi salafus shalih.
Oleh
karena itu rasul bersabda bahwa pemuda yang taat beribadah kepada Allah, salah
satu golongan yang dinaungi dihari kiamat. Inilah sumpah yang melebihi sumpah
pemuda pada hari esok. Sumpah kepada kalimat tauhid. Berada diatasnya, dan itu
yang dapat mengembalikan kita kepada generasi emas Islam.
Generasi
pemuda pengukir tinta sejarah seperti Umar bin Abdul Aziz akan lahir kembali,
pemimpin-pemimpin negeri yang adil suatu saat nanti, atau seperti Ibnu Hajar,
ahli-ahli hadits dan ilmu, juga Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, sebagai ahli
politik, Al fatih–al fatih baru, pembebas negeri dari penjajahan AS kelak yang
dipersatukan dengan sumpah Tauhid dan juga berjuang dalam perjuangan yang
sangat panjang mengingat urgensi seperti diungkapkan seorang pemuda yang wafat
pada usia terbilang singkat dalam Wasiat untuk Pemuda, Imam Hasan Al Banna
Rahimahullah dalam Risalah Pergerakan:
“Oleh karena itu, sejak dulu hingga sekarang pemuda merupakan pilar
kebangkitan. Dalam setiap kebangkitan,
pemuda merupakan rahasia kekuatannya. Dalam
setiap fikrah, pemuda adalah pengibar
panji-panjinya.
"Sesungguhnya mereka itu adalah
pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan
mereka dan Kami tambahkan kepada
mereka petunjuk." (Al-Kahfi: 13)
Beranjak dari sini, sesungguhnya
banyak kewajiban kalian, besar tanggung jawab
kalian, semakin berlipat hak-hak umat
yang harus kalian tunaikan, dan semakin berat
amanat yang terpikul di pundak kalian.
Kalian harus berpikir panjang, banyak beramal,
bijak dalam menentukan sikap, maju
untuk menjadi penyelamat, dan hendaklah kalian mampu menunaikan hak-hak umat
ini dengan sempurna”.
[2]
Referensi
:
- [1] Syarh Riyadhish Sholihin, Syaikh Muhammad bin Sholih Al
‘Utsaimin, terbitan Madarul Wathon, cetakan tahun 1426 H.
No comments:
Post a Comment