Tuesday, 24 November 2015

Kedudukan Guru Dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah

© Ilustrasi : dreamstime.com

Bertepatan dengan Hari Guru Nasional, (25/11) kami sebagai bagian dari Guru Indonesia mengucapkan selamat Hari Guru Nasional, semoga pendidikan Indonesia bisa lebih maju lagi dan selalu memberi pencerahan bagi generasi penerus bangsa ini.

Diakui atau tidak guru memliki peran penting bagi kemajuan terhadap kecerdasan bangsa, guru di pundaknya memikul beban yang sangat berat karena tanggung jawabnya ikut serta membangun generasi penerus bangsa. Maju tidaknya suatu bangsa bergantung penuh terhadap peran dan tanggung jawab seorang guru. Untuk itu sebagai seorang guru marilah selalu meningkatkan profesionalitas kita baik dalam ilmu pengetahuan yang di embannya maupun tingkah dan perilaku kita dalam kehidupan berbangsa dan bermasyarakat, guru dalah contoh dan model yang selalu ingin di gugu dan di tiru oleh para muridnya.

Guru selalu memberikan santapan jiwa dengan ilmu, pembinaan akhlak mulia, dan meluruskan perilaku yang buruk. Oleh karena itu, guru mempunyai kedudukan tinggi dalam agam Islam. Dalam ajaran Islam pendidik disamakan ulama yang sangatlah dihargai kedudukannya. Hal ini dijelaskan oleh Allah maupun Rasul-Nya. Firman Allah Swt:


يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ ۚ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ

"Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan". (QS. Al-Mujadalah 11)

Keutamaan Guru menurut Al-Qur’an dan As-Sunnah

A.    Memiliki Ilmu yang Manfaat

Ilmu yang manfaat adalah ilmu yang diamalkan oleh pemilik ilmu dan diajarkan kepada orang lain untuk diamalkan. Manfaat dari ilmu yang bermanfaat dapat dirasakan didunia maupun akhirat. Dengan ilmu yang manfaat maka dunia akan tentram karena dijalankan dengan hukum yang berlaku, sedangkan pemiliknya juga akan mendapatkan pahala yang terus mengalir walau telah meninggal dunia. Sebagaimana dalam hadits:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ – رضي الله عنه – أَنَّ رَسُولَ اَللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – قَالَ : إِذَا مَاتَ اَلْإِنْسَانُ اِنْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثٍ : صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ، أَوْ وَلَدٍ صَالَحٍ يَدْعُو لَهُ – رَوَاهُ مُسْل

“Dari Abu Hurairah ra. Bahwa Rasulullah SAW bersabda: ‘Apabila seorang manusia telah  meninggal maka terputuslah amalannya kecuali 3 hal yaitu: Shodaqah jariyah atau ilmu yang bermanfaat atau  anak sholeh yang mendo’akan orang tuanya’”

Oleh karena itu, hendaklah kita memohon agar memperoleh ilmu yang manfaat dengan sesantiasa membaca do’a berikut, karena Rasulullah SAW senantiasa membacanya ketika akhir fajar:

اللهم إني أسألك علما نافعا ورزقا طيبا وعملا متقبلا

“Ya Allah, sesungguhnya aku mohon kepadaMu ilmu yang manfaat, rezeki yang baik dan amalan yang diterima”

B.     Mendapat Derajat yang Tinggi disisi Allah SWT

Seorang pendidik akan mendapat derajat yang tinggi disisi Allah SWT karena mereka memiliki ilmu. Selain itu, Allah SWT juga memberikan kebolehan iri pada mereka. Sebagaimana hadits dari Ibnu Mas’ud:

 تحاسد إلا في اثنتين رجل آتاه الله حكمة فهو يقضي بها ويعلمها ورجل آتاه الله مالا فسلطه على هلكته في الحق

“Janganlah kau dengki kecuali pada 2 orang (yaitu) seorang yang telah Allah SWT datangkan padanya sebuah hikmah lalu ia mengerjakannya dan mengajarkannya serta seorang yang telah Allah SWT datangkan padanya sebuah harta lalu ia menguasakannya atas kebinasaan dalam kebenaran”

C.    Dapat Menjaga Diri

وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنُونَ لِيَنْفِرُوا كَافَّةً فَلَوْلَا نَفَرَ مِنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِنْهُمْ طَائِفَةٌ لِيَتَفَقَّهُوا فِي الدِّينِ وَلِيُنْذِرُوا قَوْمَهُمْ إِذَا رَجَعُوا إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُونَ

“Dan tidak sepatutnya orang-orang mukmin itu semuanya pergi (ke medan perang). Mengapa sebagian dari setiap golongan diantara mereka tidak pergi untuk memperdalam pengetahuan agama mereka dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali, agar mereka dapat menjaga dirinya.”

Sebagaimana dalam surat At-Taubah ayat 122 diatas, bahwa orang yang mempelajari agama Allah lalu kembali kepada kaumnya untuk mengajarkan ilmu yang telah ia peroleh itu ditujukan supaya mereka dapat menjaga diri. Dalam tafsir Al-Muyassar, dijelaskan supaya mereka dapat menjaga diri dari azab Allah dengan senantiasa mengerjakan perintah-perintahNya dan menjauhi larangan-laranganNya.

D.    Mendapatkan Kebaikan yang Banyak

Jika seorang pendidik berhasil mendidik muridnya menuju akhlak mulia maka pendidik pun mendapatkan kemuliaan yang banyak sebagaimana yang disebutkan dalam hadits-hadits berikut:

Hadits dari Sahl bin Sa’id ra yang diriwayatkan oleh Bukhori dan Muslim

فَوَاللَّهِ لَأَنْ يَهْدِيَ اللَّهُ بِكَ رَجُلًا خَيْرٌ لَكَ مِنْ أَنْ يَكُونَ لَكَ حُمْرُ النَّعَمِ

“Demi Allah, jika Allah SWT member petunjuk kepada satu orang melalui perantaramu maka hal itu jauh lebih baik dari pada kekayaan yang sangat berharga.”

Hadits dari Abu Hurairah ra yang diriwayatkan oleh Muslim

مَنْ دَعَا إِلى هُدىً كَانَ لَهُ مِنَ الأَجرِ مِثْلُ أُجُورِ مَنْ تَبِعَهُ لاَ يَنْقُصُ ذلِكَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيئاً

“Barangsiapa menyeru kepada petunjuk maka baginya pahala seperti pahalanya orang-orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi pahala-pahala mereka”

Hadits dari Uqbah bin Amr Abu Mas’ud Al-Anshary yang diriwayatkan oleh Muslim

مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أجْرِ فَاعِلِهِ

“barangsiapa menunjukkan atas kebaikan maka baginya seperti pahala orang yang melakukannya”

Hadits Abu Ya’la Al-Maushili dalam kitab ittihaful khoiratil mahrati. Hadits ke 256

الدَّالُّ عَلَى الْخَيْرِ كَفَاعِلِهِ

“adapun seorang yang menunjuki atas kebaikan itu seperti orang yang mengerjakan.”

E.     Disamakan dengan Pahala Amalan Sedekah

Ilmu adalah sebuah amanah, jika amanah tersebut dipelihara dengan baik maka sama saja ia telah bersedekah sebagaimana hadits:

عن أَبي موسى الأشعري – رضي الله عنه – ، عن النَّبيّ – صلى الله عليه وسلم – ، أنَّه قَالَ : (( الخَازِنُ المُسْلِمُ الأمِينُ الَّذِي يُنفِذُ مَا أُمِرَ بِهِ فيُعْطيهِ كَامِلاً مُوَفَّراً طَيِّبَةً بِهِ نَفْسُهُ فَيَدْفَعُهُ إِلَى الَّذِي أُمِرَ لَهُ بِهِ ، أحَدُ المُتَصَدِّقين )) مُتَّفَقٌ عَلَيهِ

Dari Abi Musa Al-Asy’ari ra, dari Nabi SAW bahwa beliau telah berabda: “Seorang muslim yang amanah yang dititipi harta oleh orang lain lalu dipelihara betul apa yang ditugaskan kepadanya lalu mengambalikan kepada yang berhak dengan tanpa menguranginya sedikit pun maka ia telah dicatat sebagai orang yang bersedekah”

Mu’adz bin Jabal pun pernah menerangkan lebih mendalam tentang menjaga ilmu / menjaga ilmu sebagai amanah.

تعلموا العلم فإن تعلمه لله خشية وطلبه عبادة ومدارسته تسبيح والبحث عنه جماد وتعليمه من لا يعلمه صدقة وبذله لأهله قربة

“Belajarlah ilmu karena sesungguhnya belajarnya karena Allah SWT itu adalah Taqwa, menuntutnya adalah ibadah, mempelajarinya adalah tasbih, membahasnya adalah jihad, mengajarkannya kepada orang yang belum mengetahuinya adalah sedekah. Memberikan kepada keluarganya adalah pendekatan diri kepada Allah SWT. ”

Berbahagialah menjadi seorang guru karena derajat yang didapatkannya dan semoga kita menjadi seorang guru yang benar-benar profesional dan bisa menjalankan  amanahnya.... amien ya rabbal alamin


No comments:

Post a Comment