© Ilustrasi : sumber
Kala itu, hujan deras membasahi kota
suci Mekah.Tiba-tiba, ledakan keras bergema seketika pula bagian tubuh
berceceran di mana-mana. sebanyak 107 korban meninggal dalam tragedi ini (baca
: Korban Meninggal Akibat Crane Jatuh Jadi 107 orang)
Darah segar membasahi lantai mamer
putih Masjid Suci itu.
Otoritas Pertahanan Saudi mengatakan
angin keras yang tak biasa telah merobohkan sebuah crane raksasa
yang mengelilingi Kabah. Bagian atas dan lantai atas masjid rontok, menjatuhkan
beton-beton besar ke bawahnya.
Semoga para arwah yang menjadi
korban pada kecelakaan ini dapat di terima di sisi Allah SWT, terlebih mereka
sedang melaksakana Ibadah Haji.
Haji dan Surga
sering kita mendengar baik melalui
pengajian di masjid maupun pengajian di Televisi bahwa apabila kita sedang
melaksakan Ibadah Haji kemudian meninggal maka balasannya di akhirat kelak
adalah surga. Apakah memang demikian?
Sebelum
kita menjawab pertanyaan tersebut sebaiknya kita menyimak enam keutamaan dari
Ibadah Haji yang banyak di sebutkan baik di dalam Al-Qur'an maupun As Sunnah
Berikut beberapa di antaranya:
Pertama:
Haji merupakan amalan yang paling afdhol.
Dari
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,
سُئِلَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – أَىُّ الأَعْمَالِ
أَفْضَلُ قَالَ « إِيمَانٌ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ » . قِيلَ ثُمَّ مَاذَا قَالَ «
جِهَادٌ فِى سَبِيلِ اللَّهِ » . قِيلَ ثُمَّ مَاذَا قَالَ « حَجٌّ مَبْرُورٌ »
“Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya, “Amalan apa yang paling afdhol?” Beliau
shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.”
Ada yang bertanya lagi, “Kemudian apa lagi?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa
sallam menjawab, “Jihad di jalan Allah.” Ada yang bertanya kembali, “Kemudian
apa lagi?” “Haji mabrur”, jawab Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (HR. Bukhari no. 1519)
Kedua:
Jika ibadah haji tidak bercampur dengan dosa (syirik dan maksiat), maka
balasannya adalah surga
Dari
Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
وَالْحَجُّ
الْمَبْرُورُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلاَّ الْجَنَّةُ
“Dan haji mabrur tidak ada balasan yang pantas baginya selain
surga.” (HR. Bukhari no. 1773 dan Muslim no. 1349).
An Nawawi rahimahullah menjelaskan, “Yang dimaksud, ‘tidak
ada balasan yang pantas baginya selain surga’, bahwasanya haji mabrur tidak
cukup jika pelakunya dihapuskan sebagian kesalahannya. Bahkan ia memang pantas
untuk masuk surga.” (Syarh Shahih Muslim, 9/119)
Ketiga:
Haji termasuk jihad fii sabilillah (jihad di jalan Allah)
Dari
‘Aisyah—ummul Mukminin—radhiyallahu ‘anha, ia berkata,
يَا
رَسُولَ اللَّهِ ، نَرَى الْجِهَادَ أَفْضَلَ الْعَمَلِ ، أَفَلاَ نُجَاهِدُ قَالَ
« لاَ ، لَكِنَّ أَفْضَلَ الْجِهَادِ حَجٌّ مَبْرُورٌ »
“Wahai Rasulullah, kami memandang bahwa jihad adalah amalan yang
paling afdhol. Apakah berarti kami harus berjihad?” “Tidak. Jihad yang paling
utama adalah haji mabrur”, jawab Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.”
(HR. Bukhari no. 1520)
Keempat:
Haji akan menghapuskan kesalahaan dan dosa-dosa
Dari
Abu Hurairah, ia berkata bahwa ia mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ
حَجَّ لِلَّهِ فَلَمْ يَرْفُثْ وَلَمْ يَفْسُقْ رَجَعَ كَيَوْمِ وَلَدَتْهُ
أُمُّهُ
“Siapa
yang berhaji ke Ka’bah lalu tidak berkata-kata seronok dan tidak berbuat
kefasikan maka dia pulang ke negerinya sebagaimana ketika dilahirkan oleh
ibunya.” (HR. Bukhari no. 1521).
Kelima:
Haji akan menghilangkan kefakiran dan dosa.
Dari
Abdullah bin Mas’ud, Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda,
تَابِعُوا
بَيْنَ الْحَجِّ وَالْعُمْرَةِ فَإِنَّهُمَا يَنْفِيَانِ الْفَقْرَ وَالذُّنُوبَ
كَمَا يَنْفِى الْكِيرُ خَبَثَ الْحَدِيدِ
وَالذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَلَيْسَ
لِلْحَجَّةِ الْمَبْرُورَةِ ثَوَابٌ إِلاَّ الْجَنَّةُ
“Ikutkanlah umrah kepada haji, karena keduanya menghilangkan
kemiskinan dan dosa-dosa sebagaimana pembakaran menghilangkan karat pada besi,
emas, dan perak. Sementara tidak ada pahala bagi haji yang mabrur kecuali surga.”
(HR. An Nasai no. 2631, Tirmidzi no. 810, Ahmad 1/387. Kata Syaikh Al Albani
hadits inihasan shahih)
Keenam:
Orang yang berhaji adalah tamu Allah
Dari
Ibnu ‘Umar, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,
الْغَازِى
فِى سَبِيلِ اللَّهِ وَالْحَاجُّ وَالْمُعْتَمِرُ وَفْدُ اللَّهِ دَعَاهُمْ
فَأَجَابُوهُ وَسَأَلُوهُ فَأَعْطَاهُمْ
“Orang yang berperang di jalan Allah, orang yang berhaji serta
berumroh adalah tamu-tamu Allah. Allah memanggil mereka, mereka pun memenuhi
panggilan. Oleh karena itu, jika mereka meminta kepada Allah pasti akan Allah
beri” (HR. Ibnu Majah no 2893. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa
hadits ini hasan).
Begitu
luar biasa pahala dari berhaji. Semoga kita pun termasuk orang-orang yang
dimudahkan oleh Allah untuk menjadi tamu-Nya di rumah-Nya. Semoga kita dapat
mempersiapkan ibadah tersebut dengan kematangan, fisik yang kuat, dan rizki
yang halal.
Semoga
Allah mengaruniakan kita haji yang mabrur yang tidak ada balasan selain surga.
Mengingat
betapa besarnya pahala yang akan dipeoleh ketika berhaji sesuai dengan janji
Allah maka meninggal ketika sedang melaksanakan ibadah haji dalam keadaan benar-benar
ikhlas ridho lillahita'ala maka surgalah tempatnya kelak.
Meninggal
di Makkah, bagi jamaah haji merupakan sebuah anugerah yang luar biasa.
Abdul Adzim Irsad, di dalam sebuah bukunya:’’Makkah: Sejarah dan
Ke-Ajaiban Kota Suci’, secara khusus
menceritakan keutamaan tanah tanah Ma’la. Beradasarkan sebuah hadis Nabi Saw
yang artinya:’’Sebaik-baik kuburan adalah ini (Ma’la).” (HR al-Bazzar). Dalam
hadits lain, Nabi Saw menerangkan bagaimana balasan orang yang beriman ketika
meninggal di Makkah, kemudian dimakamkan di Ma’la’.
Ibnu
Abbas mengatakan, “Sebaik-baik pemakaman adalah tempat
ini.” Bahkan, siapapun yang meninggal dunia di Makkah, entah
orang tersebut sedang menunaikan Umrah atau Haji, maka ia tidak akan dihisab
serta tidak akan disiksa., Ia kelak juga akan dibangkitkan dengan aman dan
sentosa. Kendati demikian, Imam Ibnu Jauzi mengkatagorikan hadits tersebut pada
derajat‘’Al Mauduat”. Sedangkan Imam al-Suyuti tidak
sependapat dengan Ibnu al-Jauzi, sebab Imam Baihaqi juga meriwayatkan di
dalam Fadoil Makkah dari Anas dengan derajat Marfu.’
Ma’la merupakan tempat penguburan
jenazah orang-orang Makkah dan jama’ah haji atau umrah yang meninggal di Makkah
sejak zaman Nabi Saw sampai saat ini. Diriwayatkan juga dari Ibnu Mas’ud
bahwasanya Allah akan membangkitkan penghuni Ma’la sebagai penghuni surga.
Wajah-wajah mereka layaknya bulan purnama. Tentunya ini janji bagi mereka yang
beriman dan senantiasa menjalankan segala perintah-Nya serta menjauhi
larangan-Nya. Karena, tidak mungkin orang jahiliyyah kuno yang dimakamkan di
Ma’la, bisa masuk surga dengan wajah berseri-seri. Begitu juga dengan orang
jahiliyah modern.
Namun demikian jangan sekali-kali
melaksanakan ibadah haji dengan niatan meninggal di tanah suci. sehingga tidak
memperhatikan aspek fisik dan mentalnya. Melaksakan ibadah haji syrat dan
ketentuan diantaranya adalah sehat secara fisik maupun rohani, jadi sebaiknya
orang yang sakit dan dikhawatirkan akan mengganggu pelaksanaan Ibadah haji
sebaiknya di tunggu terlebih dahulu sampai benar-benar sehat fisik.
Wakil Menteri Kesehatan Arab Saudi,
Abdullah Al-Asiri, baru-baru ini mengeluarkan surat edaran kepada sejumlah
negara yang mengirimkan jemaah haji. Al Asiri meminta para calon haji harus
mampu secara fisik untuk menjalankan ibadah haji. Ia juga meminta para ulama di
sejumlah negara untuk memberikan pengertian pada jemaah haji agar tidak
membiarkan diri dalam keadaan sakit karena ingin meninggal di tanah suci. (baca
:Berniat.Meninggal.di.Tanah.Suci.Jemaah.Nekat.Naik.Haji.meski.Sakit)
Dalam Islam tidak dibenarkan berniat
dan memposisikan dirinya ketika dalam situasi dan kondisi berbahaya. Apalagi
berniat meninggal di mekkah, ini tidak dibenarkan.
Wallahu
waliyyut taufiq was sadaad
Referensi:
Ar Rofiq fii Rihlatil Hajj, Majalah Al Bayan, terbitan 1429 H
No comments:
Post a Comment